TuGAS
Budidaya
Tanaman Kakao
SMK N 1 (STM Pembangunan) TEMANGGUNG
Jl. Kadar
MaronSidorejoKotakPos 104 Telp. (0293) 4901639
Temanggung
56221
K3LH
Keselamatan Kerja
Yaitu usaha untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat untuk mencegah kecelakaan,cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja pada setiap karyawan dan untukmelindungi sumber daya manusia.
Yaitu usaha untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat untuk mencegah kecelakaan,cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja pada setiap karyawan dan untukmelindungi sumber daya manusia.
Faktor-faktor pendukung keselamatan
kerja yaitu:
1. Pengaturan jam kerja dengan memperhatikan kondisi fit untuk pekerja
2. Pengaturan jam istirahat yang memadai untuk menjaga kestabilan untuk bekerja
3. Pengaturan Penggunaan peralatan kantor yang menjamin kesehatan kerja pekerja
4. Pengaturan Sikap tubuh dan anggota badan yang efektif yang tidak menimbulkan gangguan ketika bekerja
5. Penyediaan sarana untuk melindungi keselamatan kerja pekerja
6. Kedisiplinan pekerja untuk mentaati ketentuan penggunaan peralatan kerja dan perlindungan keselamatan kerja yang telah disediakan dan diatur dengan SOP (Standard Operating Prosedur) yang telah ditetapkan
1. Pengaturan jam kerja dengan memperhatikan kondisi fit untuk pekerja
2. Pengaturan jam istirahat yang memadai untuk menjaga kestabilan untuk bekerja
3. Pengaturan Penggunaan peralatan kantor yang menjamin kesehatan kerja pekerja
4. Pengaturan Sikap tubuh dan anggota badan yang efektif yang tidak menimbulkan gangguan ketika bekerja
5. Penyediaan sarana untuk melindungi keselamatan kerja pekerja
6. Kedisiplinan pekerja untuk mentaati ketentuan penggunaan peralatan kerja dan perlindungan keselamatan kerja yang telah disediakan dan diatur dengan SOP (Standard Operating Prosedur) yang telah ditetapkan
C. Kesehatan Kerja
Yaitu Suatu kondisi yang optimal/ maksimal dengan menunjukkan keadaan yang fit untuk mendukung terlaksananya kegiatan kerja dalam rangka menyelesaikan proses penyelesaian pekerjaan secara efektif.
Faktor-faktor pendukung kesehatan kerja yaitu:
1. Pola makan yang sehat dan bergizi
2. Pola pengaturan jam kerja yang tidak menganggu kesehatan pekerja
3. Pola pengaturan istirahat yang cukup pada pekerja/ profesiona
4. Pola pengaturan tata cara sikap bekerja secara ergonomi
5. Pola pengaturan lingkungan yang harmonis yang tidak mengganggu kejiwaan
6. Pola pengaturan tata ruang kerja sehat
7. Pola pengaturan tata warna dinding dan perabotan yang tidak ganggu kesehatan
8. Pola pengaturan penerangan ruang kerja yang memadai
9. Pola perlindungan atas penggunaan peralatan yang menimbulkan gangguan kesehatan
Yaitu Suatu kondisi yang optimal/ maksimal dengan menunjukkan keadaan yang fit untuk mendukung terlaksananya kegiatan kerja dalam rangka menyelesaikan proses penyelesaian pekerjaan secara efektif.
Faktor-faktor pendukung kesehatan kerja yaitu:
1. Pola makan yang sehat dan bergizi
2. Pola pengaturan jam kerja yang tidak menganggu kesehatan pekerja
3. Pola pengaturan istirahat yang cukup pada pekerja/ profesiona
4. Pola pengaturan tata cara sikap bekerja secara ergonomi
5. Pola pengaturan lingkungan yang harmonis yang tidak mengganggu kejiwaan
6. Pola pengaturan tata ruang kerja sehat
7. Pola pengaturan tata warna dinding dan perabotan yang tidak ganggu kesehatan
8. Pola pengaturan penerangan ruang kerja yang memadai
9. Pola perlindungan atas penggunaan peralatan yang menimbulkan gangguan kesehatan
D. Dasar Hukum K3
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Yang diatur oleh Undang-Undang ini adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Yang diatur oleh Undang-Undang ini adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
E. Tujuan K3
1. Melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi dan produktivitas nasional
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut
3. Memeliharan sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut
3. Memeliharan sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien
F. Kebijakan dan Prosedur K3
a) Unsur manusia :
Merupakan upaya preventif agar tidak terjadi kecelakaan atau paling tidak untuk menekan timbulnya kecelakaan menjadi seminimal mungkin (mengurangi terjadinya kecelakaan).
Mencegah atau paling tidak mengurangi timbulnya cidera, penyakit, cacat bahkan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.
Menyediakan tempat kerja dan fasilitas kerja yang aman, nyaman dan terjamin sehingga etos kerja tinggi, produktifitas kerja meningkat.
Penerapan metode kerja dan metode keselamatan kerja yang baik sehingga para pekerja dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.
a) Unsur manusia :
Merupakan upaya preventif agar tidak terjadi kecelakaan atau paling tidak untuk menekan timbulnya kecelakaan menjadi seminimal mungkin (mengurangi terjadinya kecelakaan).
Mencegah atau paling tidak mengurangi timbulnya cidera, penyakit, cacat bahkan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.
Menyediakan tempat kerja dan fasilitas kerja yang aman, nyaman dan terjamin sehingga etos kerja tinggi, produktifitas kerja meningkat.
Penerapan metode kerja dan metode keselamatan kerja yang baik sehingga para pekerja dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.
MENENTUKAN
KOMODITAS
Kakao merupakan salah satu komoditi
ekspor non migas yang memiliki prospek yang cukup cerah sebab permintaan dalam
negeri semakin kuat dengan berkembangnya sector agroindustri.
Pada masa yang akan datang, komoditi
biji cokelat diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan sawit dan karet.Tanaman kakao dapat diperbanyak secara generatif dan
vegetatif. Namun secara umum, pembibitan kakao secara generatif lebih sering
dilakukan para petani. Mungkin karena dirasa lebih praktis.
Perbanyakan generatif adalah teknik memperbanyak tanaman
dengan menggunakan biji. Sedangkan perbanyakan vegetatif biasanya menggunakan
setek, okulasi, cangkok atau kultur jaringan. Terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan perbanyakan generatif dibanding vegetatif.Teknik generatif lebih
praktis karena benih bisa disimpan dalam waktu lama, pengiriman benih lebih
fleksibel dan tanaman berdiri kokoh karena memiliki akar tunjang. Hanya saja,
dengan teknik ini sifat-sifat tanaman belum tentu seragam dan bisa saja
berlainan dengan tanaman induknya.Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan
dalam pembibitan kakao menggunakan teknik perbanyakan generatif.
Tahapan-tahapan tersebut antara lain penyiapan benih tanaman, penyiapan tempat
pembibitan kakao, penyemaian, penyiapan media tanam, pemindahan kecambah dan
pemeliharaan bibit.
Syarat Tumbuh
- Tumbuh optimal di daerah
Tropis.
- Tumbuh ideal pada ketinggian
0-800 meter dpl.
- Struktur tanah gembur,lempung
berpasir,lempung berliat dan kaya bahan organik
- Curah hujan 1.100-3.000
mm/tahun
- Suhu udara optimal 30˚C-32˚C
- Kelembapan udara 30-40%
- Keasaman tanah (pH) ideal berkisar
antara 6,5-7,5
Persiapan
Bibit
Perbanyakan
bibit kakao dilakukan dengan 2 cara yaitu perbanyakan secara Generatif (biji)
dan Vegetatif (akar, batang, cabang dan daun melalui okulasi dan kultur
jaringan),perbanyakan cara generatif lebih banyak dilakukan petani kakao pada
umum nya dibandingkan cara vegetatif yang terlampau sulit dan ribet dalam
penerapanya.
Perbanyakan
genertif dimulai dengan memilih indukan benih
kakao yang sehat,berproduksi tinggi dan toleran terhadap hama dan penyakit.
Dilanjutkan dengan kegiatan perkecambahan dengan karung goni sebelum masuk ke
pembibitan polibeg,yang diawali dengan membersihkan biji kakao dari plasenta
(pulp) dengan mengunakan abu atau serbuk gergaji dan dibersihkan dengan air
mengalir lalu disusun merata diatas karung goni yang telah basah dan
lembab,diamkan selama kurang lebih 1-3 hari dan selalu chek kondisi karung goni
agar selalu basah dan lembab dengan memercikan air ke lapisan susunan benih
kakao tersebut secara merata.
Tahapan
berikutnya siapkan polibeg berukuran (25 cm x 40 cm ) yang telah berisi tanah
dan kompos dengan perbandingan (2:1), kemudian masukan benih kakao yang telah
berkecambah ke dalam polibeg secara hati-hati lalu tutup kembali. Proses
pembibitan kakao membutuhkan waktu selama 5-6 bulan untuk siap ditanam dan
budidayakan.
Pengolahan
Lahan
tanaman
kakao dapat dimulai dengan cara membersihkan sekaligus meratakan dan
mengemburkan semak belukar (rumput berkayu) dan rumput alang-alang dengan cara
manual (cangkul) dan mesin (bajak) ditergantung dari jumlah luasan area tanam
tanaman kakao. Selanjutnya menanam pohon pelindung (bayang) bertujuan untuk
mengurangi intensitas sinar matahari langsung ke tanaman pada dasarnya tanaman
kakao menginginkan kondisi lembab karena buah kakao tumbuh dibantalan batang
seperti; lamtoro petai cinadan pisang.
Tahapan
berikutnya membuat lubang tanam 1-2 minggu sebelum waktu penanaman bibit dengan
ukuran panjang,lebar dan ketinggian (40 cm x 40 cm x 40 cm) atau (60 cm x 60 cm
60 cm) dengan pola tanam berpagar ganda (dengan pohon pelindung membentuk titik
segi empat).
Penanaman
Kakao
Persiapan
tanam dimulai dengan menyiapkan bibit kakao yang telah berumur 5-6 bulan yang
telah melewati tahapan seleksi (sortasi) bibit sehat,tidak abnormal (cacat) dan
peralatan yang dibutuhkan seperti;cangkul, lingkis dan pisau diarea penanaman.
Penanaman diusahakan memasuki awal musim penghujan dengan jarak tanam (2,4 m x
2,4 m) dengan jumlah populasi bibit 1680 bibit/hektar. Teknis penanaman bibit
dimulai dengan merobek polibeg yang dikuti dengan penanaman hingga batas leler
akar,kemudian tutup dan padatkan kembali.
Penanaman
Tanaman Naungan
Pengembangan tanaman kakao memerlukan naungan dalam
budidayanya. Tanpa persiapan lahan dan tanpa persiapan naungan yang baik,
pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Pohon
pelindung atau naungan ada dua jenis, yaitu pohon pelindung sementara dan pohon
pelindung tetap. Pohon pelindung sementara bermanfaat bagi tanaman yang belum
menghasilkan, terutama yang tajuknya belum bertaut. Pohon pelindung tetap
bermanfaat bagi tanaman yang telah mulai menghasilkan. Penanaman pohon
pelindung tetap hendaknya dilakukan 12 – 18 bulan sebelum cokelat ditanam di
lapangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa cokelat harus sudah dibibitkan 4 – 6
bulan sebelumnya. Untuk tanaman penaung, biasanya digunakan Moghania
macrophyla sebagai
tanaman penaung sementara, dan tanaman Gamal (Gliricidia sp)
atau Lamtoro (Leucaena sp) sebagai tanaman penaung
tetap.
Pohon pelindung pada umumnya tidak memberikan tambahan
nilai ekonomis kepada patani sehingga terasa kurang menarik. Secara umum, dalam
budidaya kakao juga dihadapi masalah harga komoditi yang tidak menentu, kondisi
lahan yang semakin menurun, serta mutlak diperlukannya naungan dalam
budidayanya. Oleh karena itu,maka pola diversifikasi tanaman kakao merupakan
peluang untuk pengembangan kakao dengan pemanfaatan tanaman yang mempunyai
nilai ekonomis. Tanaman penaung yang digunakan adalah tanaman-tanaman produktif
seperti pisang sebagai penaung sementara, kelapa sebagai tanaman penaung tetap,
ataupun tanaman lainnya sebagai tanaman tepi blok kebun.
Pisang (Musa
paradisiaca)
Tanaman pisang dapat dimanfatkan sebagai tanaman penaung
sementara dalam budidaya kakao. Tanaman pisang dapat ditanam dengan jarak tanam
6×3 m, sehingga di dalam lorong tanaman pisang arah utara-selatan dapat ditanam
2 baris tanaman kakao dengan jarak tanam 3×3 m. Sebagai tanaman penaung
sementara, tanaman pisang dapat ditanam 6-12 bulan sebelum tanam kakao.
Selanjutnya rumpun pisang dapat memelihara 2-3 anakan saja. Tanaman pisang
dapat dipelihara sampai tahun ke 4 atau sesuai dengan keperluan dengan tetap
memperhatikan tingkat penaungannya untuk tanaman kakao. Tata tanam kakao dengan
pisang sebagai tanaman penaung sementara dapat digambarkan sebagai berikut :
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
Keterangan
– Jarak tanam kakao 3 x 3 m (1100 ph/ha)
– Jarak tanam kelapa 6 x 3 m (550 ph/ha)
Barisan arah utara-selatan
Kelapa (Cocos
nucifera)
Tanaman kelapa dapat digunakan sebagai tanaman penaung
tetap untuk tanaman kakao. Dalam hal ini harus diatur agar persaingan minimal.
Sebaran akar kakao terbanyak sampai radius 1 m dan sebaran akar kelapa
terbanyak sampai radius 2 m, oleh karena itu perlu dibuat tatatanam dengan
jarak antara kakao dan kelapa minimal 3 m. Dengan jarak tanam kelapa 10×10 m
dan jarak tanam kakao 4×2 m dalam gawangan kelapa utara-selatan, maka dapat
diperoleh pertanaman dengan populasi tanaman yang cukup yaitu tanaman kakao
1000 ph/ha dan kelapa 100 ph/ha. Sebagai penaung tanaman kakao, fungsi
penaungan tanaman kelapa dapat diatur dengan melakukan siwingan (pangkasan)
pelepah bila penaungannya terlalu gelap, terutama pada musim hujan. Demikian
pula pada tanaman kelapa yang sudah cukup tua dan tinggi, apabila penaungannya
kurang dapat ditambah tanaman penaung lain misalnya dengan lamtoro yang ditanam
di diagonal tanaman kelapa. Tata tanam dalam penggunaan kelapa sebagai penaung
kakao dapat disusun sebagaimana gambar berikut:
X o o X o o X o o X o o X
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
X o o X o o X o o X o o X
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
X o o X o o X o o X o o X
Keterangan
– Jarak tanam kakao 4×2 m (1000 ph/ha)
– Jarak tanam kelapa 10×10 m (100 ph/ha)
– Jarak kakao-kelapa 3 m
Tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya
Tanaman kayu-kayuan atau tanaman lain yang mempunyai
nilai ekonomis juga dapat dimanfaatkan sebagai penaung, tanaman sela, ataupun
tanaman tepi dalam budidaya kakao. Tanaman Jati (Tectona grandis) dan Sengon (Albisia falcata) dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman tepi kebun ataupun tanaman sela pada pertanaman
kakao. Pada pertanaman kakao tersebut tetap dimanfaatkan penaung Lamtoro atau
Gamal, sedangkan Jati dan Sengon ditanam dalam barisan dua baris (double row) 3
x 2 m dengan jarak antar barisan jati atau sengon 24 – 30 m. Dengan tatatanam
demikian terbentuk lorong diantara tanaman jati atau sengon, yang dapat
ditanami tanama kakao 3×3 m Dalam hal ini jati, sengon atau tanaman kayu-kayuan
yang lain dapat difungsikan sebagai tanaman penaung dan atau tanaman pematah
angin.
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
Keterangan
– Jarak tanam kakao (3 x 3) m
– Jarak tanam Jati (3 x 2) m x 24-30 m
– Jarak tanam Sengon (3 x 2) m x 24-30 m
Penggunaan penaung tersebut perlu disusun dalam tatatanam
yang tepat, sehingga dapat memberikan produksi yang optimal dan memberi manfaat
konservasi lahan. Persiapan lahan, penyiapan bibit, dan saat tanam harus
dilakukan dengan perencanaan yang tepat, sehingga pada saat tanam, bibit kakao
siap tanam, dan tanaman penaung di lapangan siap berfungsi sebagai penaung.
Selanjutnya dengan teknik budidaya yang benar akan dapat diperoleh tanaman
kakao dengan pertumbuhan baik dan produksi yang tinggi.
Mikolehi Firdaus, Departemen Agronomi dan Hortikultura 2009
Daftar Pustaka
Goenadi, D.H., Baon, J.B., Herman, dan Purwoto, A.
2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao di Indonesia.
Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian RI.
Winarno,
H. 2006. Budidaya
Tanaman Kakao. Agromania
PENANAMAN
LCC
Tanaman Penutup Tanah atau Legum
Cover Crop (LCC)
Tanaman Penutup Tanah yang juga
dikenal dengan Legum Cover Crop ( LCC ) adalah tanaman yang khusus ditanam
untuk memperbaiki struktur tanah yaitu dengan memperbaiki sifat fisika dan
sifat kimia tanah sehingga dapat mengembalikan kesuburan tanah.
Hal ini dapat tejadi karena tanaman ini mengadakan simbiosis dengan bakteri pengikat Nitrogen, sehingga ketersediaaan nitrogen dalam tanah menjadi meningkat. Jadi, tanaman ini ditanam dengan tujuan memperbaiki struktur tanah agar kesuburannya kembali meningkat sehingga siap untuk ditanamai kembali dengan tanaman utama. Mengingat tujuan penanaman LCC adalah memperbaiki struktur tanah agar dapat ditanami kembali, maka tanaman LCC harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :
Perakaran tidak mengganggu tanaman utama. Dalam hal ini, akar dari tanaman LCC haruslah akar yang mudah dicabut, sehingga tidak meninggalkan sisa akar di tanah yang dapat mengganggu tanaman utama.
Mudah diperbanyak secara vegetatif maupun generatif dan cepat tumbuh. Dengan adanya kemudahan perbanyakan tanaman ini, semakin banyak tanaman LCC yang tumbuh sehingga semakin cepat kesuburan diperoleh dan semakin luas lahan yang bisa diperbaiki strukturnya dalam waktu singkat.
Tahan terhadap kekeringan, naungan, hama dan penyakit. Ketahanan tanaman ini terhadap berbagai gangguan membuat tanaman ini tidak mudah mati, sehingga proses peningkatan kesuburan tanah pun tidak terganggu.
Memiliki potensi dalam memberikan bahan organik yang tinggi. Potensi yang dimaksud adalah kemampuan tanaman ini dalam mengikat zat-zat dalam tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Tanaman yang memenuhi syarat-syarat diatas adalah tanaman dari suku Leguminosae atau biasa dikenal dengan tanaman kacanag-kacangan. Akar dari tanaman ini adalah akr serabut, sehingga mudah dicabut dan tidak mengganggu perakaran tanaman utama nantinya. Selain itu, tanaman jenis ini mudah diperbanyak , mudah tumbuh dan juga cepat tumbuh. Tanaman jenis ini juga memikliki ketahanan terhadap berbagai gangguan, serta memiliki potensi untuk memberi bahan organik terhadap tanah karena dapat mengikat nitrogen dari udara bebas.
Jenis – jenis Tanaman LCC
Hal ini dapat tejadi karena tanaman ini mengadakan simbiosis dengan bakteri pengikat Nitrogen, sehingga ketersediaaan nitrogen dalam tanah menjadi meningkat. Jadi, tanaman ini ditanam dengan tujuan memperbaiki struktur tanah agar kesuburannya kembali meningkat sehingga siap untuk ditanamai kembali dengan tanaman utama. Mengingat tujuan penanaman LCC adalah memperbaiki struktur tanah agar dapat ditanami kembali, maka tanaman LCC harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :
Perakaran tidak mengganggu tanaman utama. Dalam hal ini, akar dari tanaman LCC haruslah akar yang mudah dicabut, sehingga tidak meninggalkan sisa akar di tanah yang dapat mengganggu tanaman utama.
Mudah diperbanyak secara vegetatif maupun generatif dan cepat tumbuh. Dengan adanya kemudahan perbanyakan tanaman ini, semakin banyak tanaman LCC yang tumbuh sehingga semakin cepat kesuburan diperoleh dan semakin luas lahan yang bisa diperbaiki strukturnya dalam waktu singkat.
Tahan terhadap kekeringan, naungan, hama dan penyakit. Ketahanan tanaman ini terhadap berbagai gangguan membuat tanaman ini tidak mudah mati, sehingga proses peningkatan kesuburan tanah pun tidak terganggu.
Memiliki potensi dalam memberikan bahan organik yang tinggi. Potensi yang dimaksud adalah kemampuan tanaman ini dalam mengikat zat-zat dalam tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Tanaman yang memenuhi syarat-syarat diatas adalah tanaman dari suku Leguminosae atau biasa dikenal dengan tanaman kacanag-kacangan. Akar dari tanaman ini adalah akr serabut, sehingga mudah dicabut dan tidak mengganggu perakaran tanaman utama nantinya. Selain itu, tanaman jenis ini mudah diperbanyak , mudah tumbuh dan juga cepat tumbuh. Tanaman jenis ini juga memikliki ketahanan terhadap berbagai gangguan, serta memiliki potensi untuk memberi bahan organik terhadap tanah karena dapat mengikat nitrogen dari udara bebas.
Jenis – jenis Tanaman LCC
Sesuai dengan namanya yaitu Legum
Cover Crop, maka yang termasuk tanaman ini berasal dari jenis Leguminosae atau
tanaman kacang – kacangan. Tanaman dari jenis ini memiliki kemampuan mengikat
nitrogen dari udara bebas, karena mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium
dengan cara menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar. Rhizobium
tersebut akan memfiksasi nitrogen dari udara sehingga menambah ketersediaan nitrogen
di dalam tanah.
Adapun jenis – jenis tanaman penutup tanah dibagi menjadi 2 tipe yaitu Menjalar dan Pelindung perdu. Jenis LCC untuk masing – masing tipe yaitu :
Menjalar, terdiri dari :
Adapun jenis – jenis tanaman penutup tanah dibagi menjadi 2 tipe yaitu Menjalar dan Pelindung perdu. Jenis LCC untuk masing – masing tipe yaitu :
Menjalar, terdiri dari :
- Centrosema pubescens ( CP )
- Pueraria javanica ( PJ )
- Calopogonium mucunoides ( CM )
- Psopocarphus polustris ( PP )
- Calopogonium caeruleum ( CC )
- Desmodium ovalifolium ( DO )
- Mucuna conchinchinensis ( MC )
- Pueraria phascoloides ( PP )
Pelindung perdu, yaitu :
- Flemingia congesta
- Crotalaria anagyroides
- Tephrosia vogelii
- Caliandra callothyrsus ( putih
)
- Caliandra tetragona ( merah )
Penanaman LCC secara bersamaan dari
berbagai jenis lebih menguntungkan daripada hanya satu jenis saja.
Peranan LCC Dalam Pertanian
Dalam dunia pertanian, LCC memberi peranan dalam meningkatkan kesuburan tanah. Peranan yang diberikan LCC dalam bidang pertanian cukup penting untuk mencapai pertanian yang berhasil. Dengan adanya LCC, maka dapat diciptakan kondisi tanah yang siap untuk ditanami dan memnuhi unsur – unsur yang dibutuhkan tanaman utama.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, fungsi LCC adalah meningkatkan kesuburan tanah, maka dalam hal meningkatkan kesuburan tanah peranan LCC dalam bidang pertanian sebagai berikut :
Meningkatkan persediaan nitrogen dalam tanah. Tanaman LCC mampu meningkatkan persediaan nitrogen dalam tanah karena tanaman ini bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat memfiksasi nitrogen langsung dari udara bebas.
Menggantikan fungsi pupuk. Tanaman LCC dan pupuk bersifat memberi kesuburan pada tanah. Dengan ditanamnya LCC, maka petani tidak perlu memberi pupuk untuk mengembalikan kesuburan tanah sebelum ditanami tanaman utama dan tanaman ini dapat menjadi pupuk organik.
Mengurangi pencucian unsur hara. Dengan ditanamnya tanaman LCC, maka lahan yang belum ditanami tanaman utama tidak kosong, sehingga ketika hujan turun, unsur – unsur hara yang masih tersisa dalam tanah tidak mengalami pencucian oleh aliran air hujan.
Menekan pertumbuhan gulma. Dengan adanya tanaman LCC, tanah akan tertutup dan akan menghalangi masuknya sinar matahari sehingga gulma tidak dapat bertumbuh.
Menciptakan habitat baru bagi musuh alami terhadap hama. Keberadaan tanaman LCC dapat menjadi tempat hidup bagi musuh alami hama yang menyerang tanaman utama. Dengan demikian petani dapat mengurangi penggunaan pestisida.
Penanaman legume penutup tanah ini banyak dilakukan diperkebunan-perkebunan kelapa sawit seperti di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Saat ini ada dilema antara SISKA yaitu sistem integrasi Sawit-Sapi dan penanaman LCC karena tanaman penutup tanah tersebut akan dimakan oleh sapi-sapi yang dipelihara diarea perkebunan kelapa sawit.
Peranan LCC Dalam Pertanian
Dalam dunia pertanian, LCC memberi peranan dalam meningkatkan kesuburan tanah. Peranan yang diberikan LCC dalam bidang pertanian cukup penting untuk mencapai pertanian yang berhasil. Dengan adanya LCC, maka dapat diciptakan kondisi tanah yang siap untuk ditanami dan memnuhi unsur – unsur yang dibutuhkan tanaman utama.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, fungsi LCC adalah meningkatkan kesuburan tanah, maka dalam hal meningkatkan kesuburan tanah peranan LCC dalam bidang pertanian sebagai berikut :
Meningkatkan persediaan nitrogen dalam tanah. Tanaman LCC mampu meningkatkan persediaan nitrogen dalam tanah karena tanaman ini bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat memfiksasi nitrogen langsung dari udara bebas.
Menggantikan fungsi pupuk. Tanaman LCC dan pupuk bersifat memberi kesuburan pada tanah. Dengan ditanamnya LCC, maka petani tidak perlu memberi pupuk untuk mengembalikan kesuburan tanah sebelum ditanami tanaman utama dan tanaman ini dapat menjadi pupuk organik.
Mengurangi pencucian unsur hara. Dengan ditanamnya tanaman LCC, maka lahan yang belum ditanami tanaman utama tidak kosong, sehingga ketika hujan turun, unsur – unsur hara yang masih tersisa dalam tanah tidak mengalami pencucian oleh aliran air hujan.
Menekan pertumbuhan gulma. Dengan adanya tanaman LCC, tanah akan tertutup dan akan menghalangi masuknya sinar matahari sehingga gulma tidak dapat bertumbuh.
Menciptakan habitat baru bagi musuh alami terhadap hama. Keberadaan tanaman LCC dapat menjadi tempat hidup bagi musuh alami hama yang menyerang tanaman utama. Dengan demikian petani dapat mengurangi penggunaan pestisida.
Penanaman legume penutup tanah ini banyak dilakukan diperkebunan-perkebunan kelapa sawit seperti di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Saat ini ada dilema antara SISKA yaitu sistem integrasi Sawit-Sapi dan penanaman LCC karena tanaman penutup tanah tersebut akan dimakan oleh sapi-sapi yang dipelihara diarea perkebunan kelapa sawit.
PENGENDALIAN
OPT
Hama
Tanaman Kakao
1.
Ulat Kilan (Hyposidea infixaria)
Ulat
kilan (Hyposidea infixaria)
termasuk dalam famili Geometridae, ulat ini
menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal
urat daunnya saja.
Pengendalian
:
Pengendalian
hama ulat kilan pada kakao dapat dilakuka dengan penyemprotan insektisida.
2.
Ulat Jaran / Ulat Kuda (Dasychira
inclusa)
Ulat
jaran/kuda (Dasychira inclusa)
termasuk dalam famili Limanthriidae. Ciri khusus
ulat ini yaitu memiliki bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk
bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau
hitam, sedangkan ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman.
Penggerek
Buah Kakao (PBK), (Conopomorpha cramerella)
Buah
kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu
belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar
larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna
kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil.
Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.
Penyakit
Kakao
1.
Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora)
Buah
kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung
atau pangkal buah. Penyakit ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau
terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat
pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.
Pengendalian :
a).
Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam
tanah sedalam 30 cm
b).
Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan
pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun
c).
Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz,
cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali;
(4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan
hibrida DR1.
Pemangkasan pada
tanaman kakao ada beberapa macam, yaitu: pemangkasan bentuk, pemangkasan
pemeliharaan, dan pemangkasan produksi. Pohon pelindung juga dilakukan
pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik.
A. Pemangkasan bentuk
Pemangkasan bentuk mulai dilakukan pada saat tanaman muda berumur 8 – 12 bulan dan telah tumbuh jorket. Cabang yang lemah dibuang dan mempertahankan 3 – 4 cabang yang simetris terhadap batang utama, kukuh, sehat dan mengarah ke atas membentuk sudut 450. Cabang-cabang utama yang dipilih hendaknya sudah mengayu dan daun flush sudah agak tua. Panjang cabang sekitar 30 - 40 cm. Cabang utama yang membentuk mendatar perlu dibantu agar membentuk sudut 450 dengan cara diikat dengan tali. Lamanya pengikatan sekitar 3 - 4 minggu.
Ketinggian jorket yang ideal adalah 120 - 150 cm, apabila tumbuhnya kurang dari 120 cm , maka batang utama dapat dipotong setinggi 80 cm agar tumbuh tunas air (chupon) yang baru dan membentuk jorket yang lebih tinggi. Demikian pula apabila jorket lebih dari 150 cm, batang utama dapat dipotong setinggi 80 cm dan chupon yang tumbuh dipelihara sampai membentuk jorket yang baik.
Untuk tanaman yang lemah dan bengkok, chupon
yang tumbuh dipelihara sampai terbentuk jorket yang memenuhi syarat. Kemudian
batang yang lemah atau bengkok tersebut dipotong. Cara memotongnya sekitar 5 cm
dari chupon yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam. Sedangkan bekas
luka dapat ditutup dengan obat penutup luka misalnya TB 192, Ter, dan
sebagainya.
Ketika tanaman kakao berumur 18 - 24 bulan
cabang-cabang sekunder sejauh 30 - 60 cm dari jourquette (percabangan) dibuang.
Percabangan yang terbentuk 15 - 25 cm dari pangkal cabang sekunder juga
dibuang. Pemangkasan juga dilakukan untuk mengatur cabang-cabang sekunder agar
tidak terlalu rapat satu sama lain dan memotong cabang-cabang yang tumbuh
meninggi. Upayakan agar tanaman kakao tingginya selalu terjaga yaitu 300 - 400
cm. Pemangkasan juga perlu dilakukan terhadap cabang primer yang tumbuhnya
lebih dari 150 cm. Pemangkasan bentuk ini dilaksanakan dengan selang waktu dua
bulan sekali selama masa tanaman kakao belum menghasilkan.
B. Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharan pada tanaman kakao
bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk baik,
mengatur penyebaran daun produktif, merangsang pembentukan daun baru, bunga dan
buah, serta terhindar dari hama dan penyakit. Pemangkasan dilakukan dengan
mengurangi sebagian daun yang rimbun pada tajuk tanaman dengan cara memotong
ranting-ranting yang terlindung dan menaungi. Memotong cabang yang ujungnya
masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan diameternya kurang dari 2,5 cm.
Mengurangi daun yang menggantung dan menghalangi aliran udara di dalam kebun,
sehingga cabang kembali terangkat. Pemangkasan ini dilakukan secara ringan di
sela-sela pemangkasan produksi dengan frekuensi 2-3 bulan. Juga dilakukan
pemangkasan terhadap tunas air (chupon). Pemangkasan tunas air atau juga
disebut wiwilan bisa dilakukan secara manual menggunakan tangan.
C. Pemangkasan Produksi
Pemangkasan produksi berkesinambungan dengan
pemangkasan pemeliharaan. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan produktivitas
tanaman. Pemangkasan produksi dilakukan dengan memangkas daun-daun agar tidak
terlalu rimbun sehingga sinar matahari bisa tersebar merata ke seluruh organ
daun. Dengan demikian, proses fisiologis terpenting dari tanaman, yaitu
fotosintesis bisa berjalan lancar sehingga sirkulasi makanan dari daun
keseluruh organ tanaman juga lancar. Tanamanpun akhirnya dapat berproduksi
secara optimal.
Sasaran pemangkasan produksi adalah
ranting-ranting atau cabang tertier yang mendukung daun-daun tidak produktif,
ranting-ranting yang sakit atau rusak dan cabang cacing. Tunas-tunas air yang
tumbuh dari pangkal cabang tertier dan cabang sekunder pada jarak 15 - 25 cm
dari pangkal cabang sekunder dipotong. Ranting-ranting dengan daun yang
terlindung atau kurang mendapat sinar matahari juga harus dipotong.
Cabang-cabang tertier yang yang terlalu subur juga dibuang karena sering
mengganggu keseimbangan pertumbuhan, demikian pula cabang-cabang kecil yang
akan masuk ke dalam tajuk tanaman tetangga atau di dekatnya. Cabang yang
menggantung ke bawah dikurangi daunnya agar tidak menghambat sirkulasi udara
dalam kebun.
Pengertian Sensus Produksi
Sensus adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menginventarisasi tanaman yang mati, tumbang atau terserang hama dan penyakit.
Sensus produksi adlah pencacahan/ penghitungan/ padatan
terhadp tanaman ks yeng bertujuan untuk mengetahui / memperkirakan produksi
selama satu semester (enem bulan memdatang). Para
meter yang digunakan untuk mengetahui produksi semester tersebut adalah jumlah
janjang yang ada dipokok dan berat janjang rata-rata (BJR).Dasar pemikirannya
adalah apabila diketahui jumlah janjangannya dan berat janjangannya, maka akan
dapat diketahui berapa kira-kira tonase yang akan didapat selama satu semester.
Yang maksud dengan jumlah dan berat janjang adalah janjang dan berat janjang
sampel/contoh dari satu blok yang akan ditaksir produksinya
Sensus produksi terdiri dari 3 macam pekerjaan;
1. Persiapan tanda-tanda
sensus (pembuatan dan perbaikan) dan kelengkapan alat sensus.
2. Penghitungan janjang
yang dilaksanakan pada titik sensus dan pokok sensus, yang bertujuan untuk
mendapatkan jumlah janjang yang akan dipanen dalm suatu blok.
3. Menentukan BJR, dapat
ditentukan dengan 2 cara: pertama penimbangan dilapangan TPH, kedua dengan
penimbangan di PKS.
Sensus Pokok
Kerapatan tanaman yang ideal harus sudah dicapai pada bulan
ke dua belas setelah penanaman, guna memastikan kerapatan yang ideal maka perlu
dilakukan kerapatan tanam. Ada dua kategori sensus, yakni sensus pokok mati (
pada TBM 1) dan sensus produktif ( pada TBM 2 dan 3).
a). Sensus TBM 1
Pada TBM 1 bertujuan untuk mengetahui tanaman yang mati,
titik kosong pohon yang diserang hama maupun abnormal. Sensus tanaman dilakukan
sebanyak 3x, pada umur 2 bulan setelah tanam, pada umur 6 bulan dan umur 10
bulan.
b). Sensus TBM 2 dan 3 ( Tanaman Non produktif)
Sensus ini bertujuan untuk mengetahui tanaman yang tidak
produktif, dimulai pada saat kastrasi pada bulan ke 14 dan 18.
Panen Dan
Pasca Panen
Panen
buah kakao dilakukan apabila buah kakao mengalami perubahan (warna hijau
menjadi kekuningan) atau( jingga menjadi merah) atau masak secara
fisiologis,buah yang dipetik telah berumur 5,5 sampai 6 bulan lamanya mulai
dari bunga. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dengan cara memotong tangkai
buah 1/3 bagian buah dan langsung dimasukan ke keranjang untuk melalui tahapan
berikutnya,pemecahan buah dengan memukul dengan benda tumpul seperti;batu atau
kayu yang selanjutnya biji kakao dikeluarkan dari kulit dan dimasukan kedalam
karung untuk proses fermentasi.
Proses
fermentasi atau pemeraman biji kakao yang masih
terdapat plasenta (pulp) selama 7-12 hari,kemudian dilakukan kegiatan
pengeringan atau penjemuran selama 7-9 hari dibawah terik matahari sampai biji
kakao benar-benar kering,setelah biji kering lakukan kegiatan penyeleksian
(sortasi)untuk memisahkan ukuran biji kakao tergantung permintaan pasar dan
membuang benda-benda seperti; batu dan kotoran yang akan mengurangi nilai jual.
Tahapan akhir lakukan penyimpanan biji kakao kering ditempat yang kering, tidak
lembab juga beralas (palet) untuk menghindari biji kakao tidak berjamur
(kapang).
♠ Agen Poker
BalasHapus♥ Agen Poker Online
♣ Agen Poker Terbaik
♦ Agen Poker Terpercaya
♠ IDN Poker
♥ IDN Poker Online
♣ Domino QQ
♦ Bandar Poker
♠ Bandar Poker Terpercaya
♥ Situs Poker Online Terpercaya
♣ Poker88
♦ Dewa Poker
♠ Poker Indonesia
♥ Dewa Poker88
♣ Situs Live Poker Online
♦ Daftar Situs Poker Terpercaya
♠ Poker Online Terpercaya
♥ Poker Online Terbaik
♣ Agen Domino Qiu Qiu
♦ Poker Online Terpercaya
♣ BlackJack Online
♥ Download Capsa Susun
♦ Big2 Online
♣ Capsa Susun Online
♥ DominoBet
♦ Situs Poker Tanpa Robot
♥ Ceme Online Terpercaya
Situs slot deposit pulsa
ebobet
bola88
idn poker
agen bola88
idn live
agen slot
Agen Bola Online Terpercaya
Agen Sbobet
Agen Slots online
Agen Slots Terbaik
Agen Slots Terpecaya
Agen Bola88 Terpecaya
Agen Judi Bola Online
Agen Judi Slots Terpecaya
Bandar Bola Terpecaya
Bandar Casino Online
Bandar Slots Terbaik
Bandar Slots Terpecaya
idn slots
Link Alternatif Web Ebobet
Alternatif Link Ebobet