Sabtu, 11 Maret 2017


TuGAS
Budidaya Tanaman Kakao




SMK N 1 (STM Pembangunan) TEMANGGUNG
Jl. Kadar MaronSidorejoKotakPos 104 Telp. (0293) 4901639
Temanggung 56221


K3LH
Keselamatan Kerja
Yaitu usaha untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat untuk mencegah kecelakaan,cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja pada setiap karyawan dan untukmelindungi sumber daya manusia.
Faktor-faktor pendukung keselamatan kerja yaitu:
1. Pengaturan jam kerja dengan memperhatikan kondisi fit untuk pekerja
2. Pengaturan jam istirahat yang memadai untuk menjaga kestabilan untuk bekerja
3. Pengaturan Penggunaan peralatan kantor yang menjamin kesehatan kerja pekerja
4. Pengaturan Sikap tubuh dan anggota badan yang efektif yang tidak menimbulkan gangguan ketika bekerja
5. Penyediaan sarana untuk melindungi keselamatan kerja pekerja
6. Kedisiplinan pekerja untuk mentaati ketentuan penggunaan peralatan kerja dan perlindungan keselamatan kerja yang telah disediakan dan diatur dengan SOP (Standard Operating Prosedur) yang telah ditetapkan
C. Kesehatan Kerja
Yaitu Suatu kondisi yang optimal/ maksimal dengan menunjukkan keadaan yang fit untuk mendukung terlaksananya kegiatan kerja dalam rangka menyelesaikan proses penyelesaian pekerjaan secara efektif.
Faktor-faktor pendukung kesehatan kerja yaitu:
1. Pola makan yang sehat dan bergizi
2. Pola pengaturan jam kerja yang tidak menganggu kesehatan pekerja
3. Pola pengaturan istirahat yang cukup pada pekerja/ profesiona
4. Pola pengaturan tata cara sikap bekerja secara ergonomi
5. Pola pengaturan lingkungan yang harmonis yang tidak mengganggu kejiwaan
6. Pola pengaturan tata ruang kerja sehat
7. Pola pengaturan tata warna dinding dan perabotan yang tidak ganggu kesehatan
8. Pola pengaturan penerangan ruang kerja yang memadai
9. Pola perlindungan atas penggunaan peralatan yang menimbulkan gangguan kesehatan
D. Dasar Hukum K3
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Yang diatur oleh Undang-Undang ini adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
E. Tujuan K3
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut
3. Memeliharan sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien
F. Kebijakan dan Prosedur K3
a) Unsur manusia :
 Merupakan upaya preventif agar tidak terjadi kecelakaan atau paling tidak untuk menekan timbulnya kecelakaan menjadi seminimal mungkin (mengurangi terjadinya kecelakaan).

 Mencegah atau paling tidak mengurangi timbulnya cidera, penyakit, cacat bahkan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.

 Menyediakan tempat kerja dan fasilitas kerja yang aman, nyaman dan terjamin sehingga etos kerja tinggi, produktifitas kerja meningkat.

 Penerapan metode kerja dan metode keselamatan kerja yang baik sehingga para pekerja dapat bekerja secara efektif dan efisien.

 Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.
MENENTUKAN KOMODITAS
Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek yang cukup cerah sebab permintaan dalam negeri semakin kuat dengan berkembangnya sector agroindustri.
Pada masa yang akan datang, komoditi biji cokelat diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan sawit dan karet.Tanaman kakao dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Namun secara umum, pembibitan kakao secara generatif lebih sering dilakukan para petani. Mungkin karena dirasa lebih praktis.
Perbanyakan generatif adalah teknik memperbanyak tanaman dengan menggunakan biji. Sedangkan perbanyakan vegetatif biasanya menggunakan setek, okulasi, cangkok atau kultur jaringan. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan perbanyakan generatif dibanding vegetatif.Teknik generatif lebih praktis karena benih bisa disimpan dalam waktu lama, pengiriman benih lebih fleksibel dan tanaman berdiri kokoh karena memiliki akar tunjang. Hanya saja, dengan teknik ini sifat-sifat tanaman belum tentu seragam dan bisa saja berlainan dengan tanaman induknya.Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam pembibitan kakao menggunakan teknik perbanyakan generatif. Tahapan-tahapan tersebut antara lain penyiapan benih tanaman, penyiapan tempat pembibitan kakao, penyemaian, penyiapan media tanam, pemindahan kecambah dan pemeliharaan bibit.
Syarat Tumbuh
  • Tumbuh optimal di daerah Tropis.
  • Tumbuh ideal pada ketinggian 0-800 meter dpl.
  • Struktur tanah gembur,lempung berpasir,lempung berliat dan kaya bahan organik
  • Curah hujan 1.100-3.000 mm/tahun
  • Suhu udara optimal 30˚C-32˚C
  • Kelembapan udara 30-40%
  • Keasaman tanah (pH) ideal berkisar antara 6,5-7,5

Persiapan Bibit

Perbanyakan bibit kakao dilakukan dengan 2 cara yaitu perbanyakan secara Generatif (biji) dan Vegetatif (akar, batang, cabang dan daun melalui okulasi dan kultur jaringan),perbanyakan cara generatif lebih banyak dilakukan petani kakao pada umum nya dibandingkan cara vegetatif yang terlampau sulit dan ribet dalam penerapanya.
Perbanyakan genertif dimulai dengan memilih indukan benih kakao yang sehat,berproduksi tinggi dan toleran terhadap hama dan penyakit. Dilanjutkan dengan kegiatan perkecambahan dengan karung goni sebelum masuk ke pembibitan polibeg,yang diawali dengan membersihkan biji kakao dari plasenta (pulp) dengan mengunakan abu atau serbuk gergaji dan dibersihkan dengan air mengalir lalu disusun merata diatas karung goni yang telah basah dan lembab,diamkan selama kurang lebih 1-3 hari dan selalu chek kondisi karung goni agar selalu basah dan lembab dengan memercikan air ke lapisan susunan benih kakao tersebut secara merata.
Tahapan berikutnya siapkan polibeg berukuran (25 cm x 40 cm ) yang telah berisi tanah dan kompos dengan perbandingan (2:1), kemudian masukan benih kakao yang telah berkecambah ke dalam polibeg secara hati-hati lalu tutup kembali. Proses pembibitan kakao membutuhkan waktu selama 5-6 bulan untuk siap ditanam dan budidayakan.

Pengolahan Lahan

tanaman kakao dapat dimulai dengan cara membersihkan sekaligus meratakan dan mengemburkan semak belukar (rumput berkayu) dan rumput alang-alang dengan cara manual (cangkul) dan mesin (bajak) ditergantung dari jumlah luasan area tanam tanaman kakao. Selanjutnya menanam pohon pelindung (bayang) bertujuan untuk mengurangi intensitas sinar matahari langsung ke tanaman pada dasarnya tanaman kakao menginginkan kondisi lembab karena buah kakao tumbuh dibantalan batang seperti; lamtoro petai cinadan pisang.
Tahapan berikutnya membuat lubang tanam 1-2 minggu sebelum waktu penanaman bibit dengan ukuran panjang,lebar dan ketinggian (40 cm x 40 cm x 40 cm) atau (60 cm x 60 cm 60 cm) dengan pola tanam berpagar ganda (dengan pohon pelindung membentuk titik segi empat).

Penanaman Kakao

Persiapan tanam dimulai dengan menyiapkan bibit kakao yang telah berumur 5-6 bulan yang telah melewati tahapan seleksi (sortasi) bibit sehat,tidak abnormal (cacat) dan peralatan yang dibutuhkan seperti;cangkul, lingkis dan pisau diarea penanaman. Penanaman diusahakan memasuki awal musim penghujan dengan jarak tanam (2,4 m x 2,4 m) dengan jumlah populasi bibit 1680 bibit/hektar. Teknis penanaman bibit dimulai dengan merobek polibeg yang dikuti dengan penanaman hingga batas leler akar,kemudian tutup dan padatkan kembali.
Penanaman Tanaman Naungan
Pengembangan tanaman kakao memerlukan naungan dalam budidayanya. Tanpa persiapan lahan dan tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Pohon pelindung atau naungan ada dua jenis, yaitu pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Pohon pelindung sementara bermanfaat bagi tanaman yang belum menghasilkan, terutama yang tajuknya belum bertaut. Pohon pelindung tetap bermanfaat bagi tanaman yang telah mulai menghasilkan. Penanaman pohon pelindung tetap hendaknya dilakukan 12 – 18 bulan sebelum cokelat ditanam di lapangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa cokelat harus sudah dibibitkan 4 – 6 bulan sebelumnya. Untuk tanaman penaung, biasanya digunakan Moghania macrophyla sebagai tanaman penaung sementara, dan tanaman Gamal (Gliricidia sp) atau Lamtoro (Leucaena sp) sebagai tanaman penaung tetap.
Pohon pelindung pada umumnya tidak memberikan tambahan nilai ekonomis kepada patani sehingga terasa kurang menarik. Secara umum, dalam budidaya kakao juga dihadapi masalah harga komoditi yang tidak menentu, kondisi lahan yang semakin menurun, serta mutlak diperlukannya naungan dalam budidayanya. Oleh karena itu,maka pola diversifikasi tanaman kakao merupakan peluang untuk pengembangan kakao dengan pemanfaatan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis. Tanaman penaung yang digunakan adalah tanaman-tanaman produktif seperti pisang sebagai penaung sementara, kelapa sebagai tanaman penaung tetap, ataupun tanaman lainnya sebagai tanaman tepi blok kebun.
Pisang (Musa paradisiaca)
Tanaman pisang dapat dimanfatkan sebagai tanaman penaung sementara dalam budidaya kakao. Tanaman pisang dapat ditanam dengan jarak tanam 6×3 m, sehingga di dalam lorong tanaman pisang arah utara-selatan dapat ditanam 2 baris tanaman kakao dengan jarak tanam 3×3 m. Sebagai tanaman penaung sementara, tanaman pisang dapat ditanam 6-12 bulan sebelum tanam kakao. Selanjutnya rumpun pisang dapat memelihara 2-3 anakan saja. Tanaman pisang dapat dipelihara sampai tahun ke 4 atau sesuai dengan keperluan dengan tetap memperhatikan tingkat penaungannya untuk tanaman kakao. Tata tanam kakao dengan pisang sebagai tanaman penaung sementara dapat digambarkan sebagai berikut :
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
Keterangan
– Jarak tanam kakao 3 x 3 m (1100 ph/ha)
– Jarak tanam kelapa 6 x 3 m (550 ph/ha)
Barisan arah utara-selatan
Kelapa (Cocos nucifera)
Tanaman kelapa dapat digunakan sebagai tanaman penaung tetap untuk tanaman kakao. Dalam hal ini harus diatur agar persaingan minimal. Sebaran akar kakao terbanyak sampai radius 1 m dan sebaran akar kelapa terbanyak sampai radius 2 m, oleh karena itu perlu dibuat tatatanam dengan jarak antara kakao dan kelapa minimal 3 m. Dengan jarak tanam kelapa 10×10 m dan jarak tanam kakao 4×2 m dalam gawangan kelapa utara-selatan, maka dapat diperoleh pertanaman dengan populasi tanaman yang cukup yaitu tanaman kakao 1000 ph/ha dan kelapa 100 ph/ha. Sebagai penaung tanaman kakao, fungsi penaungan tanaman kelapa dapat diatur dengan melakukan siwingan (pangkasan) pelepah bila penaungannya terlalu gelap, terutama pada musim hujan. Demikian pula pada tanaman kelapa yang sudah cukup tua dan tinggi, apabila penaungannya kurang dapat ditambah tanaman penaung lain misalnya dengan lamtoro yang ditanam di diagonal tanaman kelapa. Tata tanam dalam penggunaan kelapa sebagai penaung kakao dapat disusun sebagaimana gambar berikut:
X o o X o o X o o X o o X
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
X o o X o o X o o X o o X
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
X o o X o o X o o X o o X
Keterangan
– Jarak tanam kakao 4×2 m (1000 ph/ha)
– Jarak tanam kelapa 10×10 m (100 ph/ha)
– Jarak kakao-kelapa 3 m
Tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya
Tanaman kayu-kayuan atau tanaman lain yang mempunyai nilai ekonomis juga dapat dimanfaatkan sebagai penaung, tanaman sela, ataupun tanaman tepi dalam budidaya kakao. Tanaman Jati (Tectona grandis) dan Sengon (Albisia falcata) dapat dimanfaatkan sebagai tanaman tepi kebun ataupun tanaman sela pada pertanaman kakao. Pada pertanaman kakao tersebut tetap dimanfaatkan penaung Lamtoro atau Gamal, sedangkan Jati dan Sengon ditanam dalam barisan dua baris (double row) 3 x 2 m dengan jarak antar barisan jati atau sengon 24 – 30 m. Dengan tatatanam demikian terbentuk lorong diantara tanaman jati atau sengon, yang dapat ditanami tanama kakao 3×3 m Dalam hal ini jati, sengon atau tanaman kayu-kayuan yang lain dapat difungsikan sebagai tanaman penaung dan atau tanaman pematah angin.
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o + +
Keterangan
– Jarak tanam kakao (3 x 3) m
– Jarak tanam Jati (3 x 2) m x 24-30 m
– Jarak tanam Sengon (3 x 2) m x 24-30 m
Penggunaan penaung tersebut perlu disusun dalam tatatanam yang tepat, sehingga dapat memberikan produksi yang optimal dan memberi manfaat konservasi lahan. Persiapan lahan, penyiapan bibit, dan saat tanam harus dilakukan dengan perencanaan yang tepat, sehingga pada saat tanam, bibit kakao siap tanam, dan tanaman penaung di lapangan siap berfungsi sebagai penaung. Selanjutnya dengan teknik budidaya yang benar akan dapat diperoleh tanaman kakao dengan pertumbuhan baik dan produksi yang tinggi.
Mikolehi Firdaus, Departemen Agronomi dan Hortikultura 2009

Daftar Pustaka
Goenadi, D.H., Baon, J.B., Herman, dan Purwoto, A. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao di Indonesia. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI.
Winarno, H. 2006. Budidaya Tanaman Kakao. Agromania

PENANAMAN LCC
Tanaman Penutup Tanah atau Legum Cover Crop (LCC) 

Contoh Tanaman Legume Penutup Tanah
Tanaman Penutup Tanah yang juga dikenal dengan Legum Cover Crop ( LCC ) adalah tanaman yang khusus ditanam untuk memperbaiki struktur tanah yaitu dengan memperbaiki sifat fisika dan sifat kimia tanah sehingga dapat mengembalikan kesuburan tanah.

Hal ini dapat tejadi karena tanaman ini mengadakan simbiosis dengan bakteri pengikat Nitrogen, sehingga ketersediaaan nitrogen dalam tanah menjadi meningkat. Jadi, tanaman ini ditanam dengan tujuan memperbaiki struktur tanah agar kesuburannya kembali meningkat sehingga siap untuk ditanamai kembali dengan tanaman utama. Mengingat tujuan penanaman LCC adalah memperbaiki struktur tanah agar dapat ditanami kembali, maka tanaman LCC harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :

Perakaran tidak mengganggu tanaman utama. Dalam hal ini, akar dari tanaman LCC haruslah akar yang mudah dicabut, sehingga tidak meninggalkan sisa akar di tanah yang dapat mengganggu tanaman utama.

Mudah diperbanyak secara vegetatif maupun generatif dan cepat tumbuh. Dengan adanya kemudahan perbanyakan tanaman ini, semakin banyak tanaman LCC yang tumbuh sehingga semakin cepat kesuburan diperoleh dan semakin luas lahan yang bisa diperbaiki strukturnya dalam waktu singkat.

Tahan terhadap kekeringan, naungan, hama dan penyakit. Ketahanan tanaman ini terhadap berbagai gangguan membuat tanaman ini tidak mudah mati, sehingga proses peningkatan kesuburan tanah pun tidak terganggu.

Memiliki potensi dalam memberikan bahan organik yang tinggi. Potensi yang dimaksud adalah kemampuan tanaman ini dalam mengikat zat-zat dalam tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Tanaman yang memenuhi syarat-syarat diatas adalah tanaman dari suku Leguminosae atau biasa dikenal dengan tanaman kacanag-kacangan. Akar dari tanaman ini adalah akr serabut, sehingga mudah dicabut dan tidak mengganggu perakaran tanaman utama nantinya. Selain itu, tanaman jenis ini mudah diperbanyak , mudah tumbuh dan juga cepat tumbuh. Tanaman jenis ini juga memikliki ketahanan terhadap berbagai gangguan, serta memiliki potensi untuk memberi bahan organik terhadap tanah karena dapat mengikat nitrogen dari udara bebas.

Jenis – jenis Tanaman LCC
Sesuai dengan namanya yaitu Legum Cover Crop, maka yang termasuk tanaman ini berasal dari jenis Leguminosae atau tanaman kacang – kacangan. Tanaman dari jenis ini memiliki kemampuan mengikat nitrogen dari udara bebas, karena mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium dengan cara menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar. Rhizobium tersebut akan memfiksasi nitrogen dari udara sehingga menambah ketersediaan nitrogen di dalam tanah.
Adapun jenis – jenis tanaman penutup tanah dibagi menjadi 2 tipe yaitu Menjalar dan Pelindung perdu. Jenis LCC untuk masing – masing tipe yaitu :

Menjalar, terdiri dari :
  • Centrosema pubescens ( CP )
  • Pueraria javanica ( PJ )
  • Calopogonium mucunoides ( CM )
  • Psopocarphus polustris ( PP )
  • Calopogonium caeruleum ( CC )
  • Desmodium ovalifolium ( DO )
  • Mucuna conchinchinensis ( MC )
  • Pueraria phascoloides ( PP )
Pelindung perdu, yaitu :
  • Flemingia congesta
  • Crotalaria anagyroides
  • Tephrosia vogelii
  • Caliandra callothyrsus ( putih )
  • Caliandra tetragona ( merah )
Penanaman LCC secara bersamaan dari berbagai jenis lebih menguntungkan daripada hanya satu jenis saja.

Peranan LCC Dalam Pertanian
Dalam dunia pertanian, LCC memberi peranan dalam meningkatkan kesuburan tanah. Peranan yang diberikan LCC dalam bidang pertanian cukup penting untuk mencapai pertanian yang berhasil. Dengan adanya LCC, maka dapat diciptakan kondisi tanah yang siap untuk ditanami dan memnuhi unsur – unsur yang dibutuhkan tanaman utama.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, fungsi LCC adalah meningkatkan kesuburan tanah, maka dalam hal meningkatkan kesuburan tanah peranan LCC dalam bidang pertanian sebagai berikut :

Meningkatkan persediaan nitrogen dalam tanah. Tanaman LCC mampu meningkatkan persediaan nitrogen dalam tanah karena tanaman ini bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat memfiksasi nitrogen langsung dari udara bebas.

Menggantikan fungsi pupuk. Tanaman LCC dan pupuk bersifat memberi kesuburan pada tanah. Dengan ditanamnya LCC, maka petani tidak perlu memberi pupuk untuk mengembalikan kesuburan tanah sebelum ditanami tanaman utama dan tanaman ini dapat menjadi pupuk organik.

Mengurangi pencucian unsur hara. Dengan ditanamnya tanaman LCC, maka lahan yang belum ditanami tanaman utama tidak kosong, sehingga ketika hujan turun, unsur – unsur hara yang masih tersisa dalam tanah tidak mengalami pencucian oleh aliran air hujan.

Menekan pertumbuhan gulma. Dengan adanya tanaman LCC, tanah akan tertutup dan akan menghalangi masuknya sinar matahari sehingga gulma tidak dapat bertumbuh.

Menciptakan habitat baru bagi musuh alami terhadap hama. Keberadaan tanaman LCC dapat menjadi tempat hidup bagi musuh alami hama yang menyerang tanaman utama. Dengan demikian petani dapat mengurangi penggunaan pestisida.

Penanaman legume penutup tanah ini banyak dilakukan diperkebunan-perkebunan kelapa sawit seperti di pulau Sumatera dan Kalimantan.

Saat ini ada dilema antara SISKA yaitu sistem integrasi Sawit-Sapi dan penanaman LCC karena tanaman penutup tanah tersebut akan dimakan oleh sapi-sapi yang dipelihara diarea perkebunan kelapa sawit. 

PENGENDALIAN OPT

Hama Tanaman Kakao

1.    Ulat Kilan (Hyposidea infixaria)

Ulat kilan (Hyposidea infixaria) termasuk dalam famili Geometridae, ulat ini menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat  daunnya saja.
Pengendalian :
Pengendalian hama ulat kilan pada kakao dapat dilakuka dengan penyemprotan insektisida.

2.    Ulat Jaran / Ulat Kuda (Dasychira inclusa)

Ulat jaran/kuda (Dasychira inclusa) termasuk dalam famili Limanthriidae. Ciri khusus ulat ini yaitu memiliki bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedangkan ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman.

 Penggerek Buah Kakao (PBK), (Conopomorpha cramerella)

Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling  melekat dan berwarna  kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi  lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.

 Penyakit Kakao

1.    Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora)

Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Penyakit ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya  penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.
Pengendalian :
a).    Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm
b).    Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun
c).    Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.
Pemangkasan pada tanaman kakao ada beberapa macam, yaitu: pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik.
A. Pemangkasan bentuk

Pemangkasan bentuk mulai dilakukan pada saat tanaman muda berumur 8 – 12 bulan dan telah tumbuh jorket. Cabang yang lemah dibuang dan mempertahankan 3 – 4 cabang yang simetris terhadap batang utama, kukuh, sehat dan mengarah ke atas membentuk sudut 450. Cabang-cabang utama yang dipilih hendaknya sudah mengayu dan daun flush sudah agak tua. Panjang cabang sekitar 30 - 40 cm. Cabang utama yang membentuk mendatar perlu dibantu agar membentuk sudut 450 dengan cara diikat dengan tali. Lamanya pengikatan sekitar 3 - 4 minggu.

Ketinggian jorket yang ideal adalah 120 - 150 cm, apabila tumbuhnya kurang dari 120 cm , maka batang utama dapat dipotong setinggi 80 cm agar tumbuh tunas air (chupon) yang baru dan membentuk jorket yang lebih tinggi. Demikian pula apabila jorket lebih dari 150 cm, batang utama dapat dipotong setinggi 80 cm dan chupon yang tumbuh dipelihara sampai membentuk jorket yang baik.
Untuk tanaman yang lemah dan bengkok, chupon yang tumbuh dipelihara sampai terbentuk jorket yang memenuhi syarat. Kemudian batang yang lemah atau bengkok tersebut dipotong. Cara memotongnya sekitar 5 cm dari chupon yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam. Sedangkan bekas luka dapat ditutup dengan obat penutup luka misalnya TB 192, Ter, dan sebagainya.
Ketika tanaman kakao berumur 18 - 24 bulan cabang-cabang sekunder sejauh 30 - 60 cm dari jourquette (percabangan) dibuang. Percabangan yang terbentuk 15 - 25 cm dari pangkal cabang sekunder juga dibuang. Pemangkasan juga dilakukan untuk mengatur cabang-cabang sekunder agar tidak terlalu rapat satu sama lain dan memotong cabang-cabang yang tumbuh meninggi. Upayakan agar tanaman kakao tingginya selalu terjaga yaitu 300 - 400 cm. Pemangkasan juga perlu dilakukan terhadap cabang primer yang tumbuhnya lebih dari 150 cm. Pemangkasan bentuk ini dilaksanakan dengan selang waktu dua bulan sekali selama masa tanaman kakao belum menghasilkan.
B. Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharan pada tanaman kakao bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif, merangsang pembentukan daun baru, bunga dan buah, serta terhindar dari hama dan penyakit. Pemangkasan dilakukan dengan mengurangi sebagian daun yang rimbun pada tajuk tanaman dengan cara memotong ranting-ranting yang terlindung dan menaungi. Memotong cabang yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan diameternya kurang dari 2,5 cm. Mengurangi daun yang menggantung dan menghalangi aliran udara di dalam kebun, sehingga cabang kembali terangkat. Pemangkasan ini dilakukan secara ringan di sela-sela pemangkasan produksi dengan frekuensi 2-3 bulan. Juga dilakukan pemangkasan terhadap tunas air (chupon). Pemangkasan tunas air atau juga disebut wiwilan bisa dilakukan secara manual menggunakan tangan.
C. Pemangkasan Produksi
Pemangkasan produksi berkesinambungan dengan pemangkasan pemeliharaan. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan produktivitas tanaman. Pemangkasan produksi dilakukan dengan memangkas daun-daun agar tidak terlalu rimbun sehingga sinar matahari bisa tersebar merata ke seluruh organ daun. Dengan demikian, proses fisiologis terpenting dari tanaman, yaitu fotosintesis bisa berjalan lancar sehingga sirkulasi makanan dari daun keseluruh organ tanaman juga lancar. Tanamanpun akhirnya dapat berproduksi secara optimal.
Sasaran pemangkasan produksi adalah ranting-ranting atau cabang tertier yang mendukung daun-daun tidak produktif, ranting-ranting yang sakit atau rusak dan cabang cacing. Tunas-tunas air yang tumbuh dari pangkal cabang tertier dan cabang sekunder pada jarak 15 - 25 cm dari pangkal cabang sekunder dipotong. Ranting-ranting dengan daun yang terlindung atau kurang mendapat sinar matahari juga harus dipotong. Cabang-cabang tertier yang yang terlalu subur juga dibuang karena sering mengganggu keseimbangan pertumbuhan, demikian pula cabang-cabang kecil yang akan masuk ke dalam tajuk tanaman tetangga atau di dekatnya. Cabang yang menggantung ke bawah dikurangi daunnya agar tidak menghambat sirkulasi udara dalam kebun.

 Pengertian Sensus Produksi
Sensus adalah kegiatan yang dilakukan untuk menginventarisasi tanaman yang mati, tumbang atau terserang hama dan penyakit.
Sensus produksi adlah pencacahan/ penghitungan/ padatan terhadp tanaman ks yeng bertujuan untuk mengetahui / memperkirakan produksi selama satu semester (enem bulan memdatang). Para meter yang digunakan untuk mengetahui produksi semester tersebut adalah jumlah janjang yang ada dipokok dan berat janjang rata-rata (BJR).Dasar pemikirannya adalah apabila diketahui jumlah janjangannya dan berat janjangannya, maka akan dapat diketahui berapa kira-kira tonase yang akan didapat selama satu semester. Yang maksud dengan jumlah dan berat janjang adalah janjang dan berat janjang sampel/contoh dari satu blok yang akan ditaksir produksinya
Sensus produksi terdiri dari 3 macam pekerjaan;
1.      Persiapan tanda-tanda sensus (pembuatan dan perbaikan) dan kelengkapan alat sensus.
2.      Penghitungan janjang yang dilaksanakan pada titik sensus dan pokok sensus, yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah janjang yang akan dipanen dalm suatu blok.
3.      Menentukan BJR, dapat ditentukan dengan 2 cara: pertama penimbangan dilapangan TPH, kedua dengan penimbangan di PKS.
Sensus Pokok
Kerapatan tanaman yang ideal harus sudah dicapai pada bulan ke dua belas setelah penanaman, guna memastikan kerapatan yang ideal maka perlu dilakukan kerapatan tanam. Ada dua kategori sensus, yakni sensus pokok mati ( pada TBM 1) dan sensus produktif ( pada TBM 2 dan 3).
a).   Sensus TBM 1
Pada TBM 1 bertujuan untuk mengetahui tanaman yang mati, titik kosong pohon yang diserang hama maupun abnormal. Sensus tanaman dilakukan sebanyak 3x, pada umur 2 bulan setelah tanam, pada umur 6 bulan dan umur 10 bulan.
b).   Sensus TBM 2 dan 3 ( Tanaman Non produktif)
Sensus ini bertujuan untuk mengetahui tanaman yang tidak produktif, dimulai pada saat kastrasi pada bulan ke 14 dan 18.

Panen Dan Pasca Panen

Panen buah kakao dilakukan apabila buah kakao mengalami perubahan (warna hijau menjadi kekuningan) atau( jingga menjadi merah) atau masak secara fisiologis,buah yang dipetik telah berumur 5,5 sampai 6 bulan lamanya mulai dari bunga. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dengan cara memotong tangkai buah 1/3 bagian buah dan langsung dimasukan ke keranjang untuk melalui tahapan berikutnya,pemecahan buah dengan memukul dengan benda tumpul seperti;batu atau kayu yang selanjutnya biji kakao dikeluarkan dari kulit dan dimasukan kedalam karung untuk proses fermentasi.
Proses fermentasi atau pemeraman biji kakao yang masih terdapat plasenta (pulp) selama 7-12 hari,kemudian dilakukan kegiatan pengeringan atau penjemuran selama 7-9 hari dibawah terik matahari sampai biji kakao benar-benar kering,setelah biji kering lakukan kegiatan penyeleksian (sortasi)untuk memisahkan ukuran biji kakao tergantung permintaan pasar dan membuang benda-benda seperti; batu dan kotoran yang akan mengurangi nilai jual. Tahapan akhir lakukan penyimpanan biji kakao kering ditempat yang kering, tidak lembab juga beralas (palet) untuk menghindari biji kakao tidak berjamur (kapang).